Sabtu, 22 Maret 2014

Artikel


KEMACETAN DI IBUKOTA


Beberapa tahun belakangan ini tentu kita sudah pusing dan kesal dengan kemacetan yang ada di Jakarta. Sebenarnya kemacetan yg ada di Ibukota ini diakibatkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang berbanding terbalik dengan ruas jalan yang ada di ibukota. Berdasarkan studi global terbaru yang dilakukan Frost & Sullivan, diperkirakan 62% dari total penduduk Jakarta bergantung pada kendaraan pribadi seperti mobil, sedangkan 14% lainnya bergantung pada transportasi umum. Hanya 4% penduduk yang berani untuk tidak bergantung pada transportasi umum maupun pribadi dengan beralih ke moda alternatif seperti berjalan dan bersepeda. Padahal Pemerintah Indonesia sudah berencana untuk meningkatkan jaringan transportasi umum dengan membangun jalan dan infrastruktur kereta api termasuk MRT, monorail dan enam jalan tol. Kembali ke permasalahan, Pemerintah Provinsi  DKI Jakarta telah menempuh banyak solusi untuk mengurangi kemacetan dari pelebaran jalan, mengubah arus lalu lintas menjadi satu arah, buka tutup jalan, 3 in 1 hingga contra-flow, namun tampaknya hal ini tetap saja belum bisa mengatasi kemacetan yang ada di daerah Jakarta. Angkutan masal seperti Busway memang dibuat Pemerintah Provinsi untuk mengatasi kemacetan, tapi coba lihat jalur busway yang harusnya steril dari kendaraan pribadi malah digunakan oknum untuk kepentingannya sendiri akibatnya terjadilah macet di  jalur busway tersebut. Dan akhir-akhir ini kita sering melihat di media, angkutan Busway yang sering mogok di jalan, ini merupakan masalah baru yg ada di Ibukota dan pemerintah harus segera menanganinya sampai ke akar akarnya, seperti yang diketahui, Pemerintah Provinsi Jakarta mengadakan 300 unit bus Transjakarta. 90 bus gandeng sudah beroperasi, namun sebagian besar bermasalah. Bahan baku bus berkarat dan banyak yang rusak. Diduga, bus-bus Tranjakarta yang didatangkan dari China tersebut baru tapi bekas. Padahal, anggaran senilai Rp. 848 miliar telah digelontorkan untuk mendatangkan bus-bus tersebut. Menurut Ucok, Koordinator Investigasi dan Advokasi Fitra (Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran) dengan anggaran Rp. 848 miliar, Jokowi seharusnya bisa membeli 300 bus keluaran Mercedes Benz terbaru.

Kota Jakarta disokong oleh daerah disekitarnya, yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi dimana tidak sedikit penduduk dari daerah tersebut yang mencari nafkah di Jakarta dengan menggunakan kendaraan pribadi, hal ini tentu saja merupakan salah satu faktor kemacetan yang ada di ibukota. Indonesia mungkin negara yang belum maju seperti Jepang, Amerika, Inggris, Jerman dan lain lain. Sehingga masyarakat Indonesia berlomba-lomba untuk kehidupan yang lebih baik dan kebanyakan  dari mereka berasumsi dengan membeli kendaraan roda 4 mereka telah sukses, ada sesuatu hal yang dapat dibanggakan dari dalam dirinya yang bisa dia tunjukkan kepada keluarga, teman-teman, sanak saudaranya. Padahal jika kita bandingkan dengan Jepang, di Jepang orang yang memliki mobil dianggap ciri khas orang kampung, Hanya segelintir orang yang menggunakan kendaraan pribadi di Jepang dikarenakan sewa parkir yang harganya mahal ditambah tidak ada jasa pencucian mobil disana. Ini merupakan satu alasan penduduk Jepang lebih memilih menggunakan transportasi umum seperti kereta, bis, monorail. Hal selanjutnya yang dapat menimbulkan kemacetan adalah jumlah penduduk. Semua orang berlomba-lomba hijrah ke Jakarta untuk mencari pekerjaan atau ingin mendapatkan hidup yang lebih layak. Sebagian ada yang merantau untuk menyelesaikan pendidikan. Bahkan yang tidak berpendidikan pun banyak yang mengadu nasib di ibukota. Jakarta seperti sebuah magnit yang mampu menarik semua orang untuk datang. Gagasan tentang memindahkan ibukota juga merupakan hal yang harus dipertimbangkan kembali, bagaimanapun memindahkan sebuah pusat pemerintahan itu tidak mudah. Menurut Hakam selaku Wakil Ketua Komisi II DPR RI yang membidangi pengawasan pemerintahan dalam negeri ada tiga konsep yang ditawarkan untuk memindahkan ibukota. Konsep pertama ibukota itu dipindah dengan memang membentuk lokasi pusat baru. Model ini seperti dilakukan Brasil, yang memindahkan ibu kotanya dari Rio de Janeiro ke Brasilia. Konsep kedua menggeser letak ibu kota seperti yang terjadi pada ibu kota Putra Jaya di Malaysia yang berjarak sekitar 60 hingga 70 kilometer dari Kuala Lumpur. Konsep yang terakhir memisahkan pusat politik dan pemerintahan dengan aktivitas industri serta perdagangan seperti Amerika Serikat yang pusat pemerintahannya di Washington DC, sedangkan pusat bisnis tetap di New York.

Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemacetan
http://jakarta.okezone.com/read/2014/02/22/500/944868/fitra-tuding-proyek-bus-bancakan-pemprov-dprd-dki
http://www.beritasatu.com/blog/gaya-hidup/2701-di-jepang-memiliki-mobil-adalah-ciri-khas-orang-kampung.html
http://www.variant-info.com/component/content/article/46-artikel/91-mengurai-kemacetan-di-jakarta-a-solusinya.html
http://www.the-marketeers.com/archives/jakarta-adiksi-mobil-pribadi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar